Jumat, 22 Oktober 2021

Paviliun JNM Bloc Resmi Dibuka untuk Umum di Yogyakarta


YOGYAKARTA, 21 Oktober 2021 – Kabar gembira bagi skena kreatif Yogyakarta. Tepat pada sore hari ini Paviliun JNM Bloc, ruang kreatif publik hasil kolaborasi antara Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara (YYSN) dengan Radar Ruang Riang (RRR) telah diresmikan pembukaannya oleh KPH Wironegoro dan Handoko Hendroyono yang mewakili kedua institusi tersebut.

YYSN merupakan yayasan yang menaungi Jogja National Museum sementara RRR adalah perusahaan induk yang menciptakan sekaligus mengelola ruang kreatif publik M Bloc Space dan Pos Bloc Jakarta, keduanya terletak di DKI Jakarta.

Turut pula memeriahkan acara pembukaan di luar ruangan yang sederhana hari ini sebuah penampilan khusus dari grup hip-hop kebanggaan Yogyakarta yang telah menggelar tur ke mancanegara, Jogja Hip Hop Foundation.



Seremoni pembukaan Paviliun JNM Bloc yang berlokasi di Jl Amri Yahya No.1, Gampingan, Wirobrajan ini sekaligus menandakan telah dimulainya proses cipta ruang (placemaking) dan alih fungsi sebagian besar kawasan Jogja National Museum di daerah Gampingan yang memiliki total luas area 1,4 hektar. JNM Bloc memanfaatkan aset bekas Gedung Kampus Akademi Seni Rupa Indonesia/Institut Seni Indonesia yang sangat bersejarah untuk diaktivasi sepanjang tahun sebagai ekosistem kreatif bagi berbagai acara seni, budaya, hiburan, pertemuan komunitas, hingga pemberdayaan bisnis UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah).

Pengembangan JNM Bloc akan dilakukan secara bertahap nantinya. Tahap Pertama yang diresmikan pada hari ini seluas 4.000 meter persegi, sementara Tahap Kedua segera menyusul pada tahun 2022 dengan luas tambahan sekitar 10.000 meter persegi. Identitas M Bloc yang mengandung DNA jenama lokal, budaya populer, ekonomi kreatif dan bernuansa kekinian diharapkan dapat menghasilkan peleburan yang memberi nilai tambah dan karakter yang unik pada proyek kolaborasi JNM Bloc.

Pada Paviliun JNM Bloc dan sekitarnya telah hadir beragam tenant terkemuka yaitu Filosofi Kopi (kedai kopi), Serasa by Nanduto (kuliner Indonesia), ColdHeart (kedai minuman), Twalen (spirits), Huma Ide (gelato artisan), Karplanter (kedai tanaman), UMKM Berseri (fesyen dan kriya), hingga Photomatics (kedai foto). Jumlah tenant dan jenis usaha yang tersedia di sini nantinya akan terus bertambah seiring dengan rampungnya beberapa tahapan pembangunan yang telah direncanakan.


JNM Bloc sendiri sebenarnya sudah dapat dikunjungi oleh umum sejak pertengahan Agustus 2021 dan beroperasi setiap hari Senin - Kamis mulai pukul 12:00 hingga 21:00 WIB dan pada Jumat - Minggu mulai pukul 11:00 sampai 21:00 WIB. Selaras aturan pemerintah, untuk masuk ke area JNM Bloc wajib mematuhi protokol kesehatan 3M serta melakukan pemindaian barcode melalui aplikasi PeduliLindungi. 

 Seiring dengan melandainya kurva pandemi di Yogyakarta, pemerintah pusat pun perlahan mulai melakukan relaksasi terhadap sejumlah peraturan yang sebelumnya signifikan dalam mengurangi mobilitas masyarakat di kota ini. 

Rencananya berbagai program acara seni, budaya, hiburan secara rutin akan diselenggarakan di JNM Bloc. Mulai dari pameran lukisan, foto, instalasi seni, lokakarya, pemutaran film, peragaan busana, hingga beragam konser musik populer dari aksi lokal maupun nasional.

“Kami sungguh bersyukur di masa pandemi ini, Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara tetap bisa berkolaborasi dengan Radar Ruang Riang dalam bentuk JNM Bloc. Kerja bersama ini tidak hanya dilakukan secara bertahap, tetapi juga melakukan berbagai inovasi baru untuk beradaptasi dengan kondisi selama pandemi. Harapannya ke depan JNM Bloc bisa menjadi wadah baru, tempat berkumpul layaknya melting pot bagi industri kreatif yang sangat terdampak di masa pandemic. Berbagai giat yang terjadi di JNM Bloc beberapa waktu ini, diharapkan dapat menginspirasi sekaligus menumbuhkan budaya baru dalam penyelenggaraan event. Harapan lainnya JNM Bloc dapat menjadi pusat studi tentang trend-trend di dunia kreatif dalam mengantisipasi vakumnya penyelenggaraan event selama diberlakukannya PPKM oleh pemerintah.,” jelas KPH Wironegoro selaku Ketua Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara.

“Ketika pertama kali dihubungi Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara untuk berkolaborasi mendirikan ruang kreatif publik di area Jogja National Museum, kami sangat respek dan antusias menyambutnya. Yogyakarta merupakan jiwanya Pulau Jawa yang sangat terkenal hingga ke mancanegara. Oleh karena itu kami sangat mendukung misi untuk menjadikan JNM Bloc sebagai ekosistem kreatif sekaligus pusat kebudayaan regional maupun internasional, dimana seni, budaya, dan hiburan dapat saling menghubungkan masyarakat melalui berbagai upaya kolaborasi, edukasi, dan partisipasi,” demikian ujar CEO Radar Ruang Riang, Handoko Hendroyono.

Jogja National Museum (JNM) yang menempati lokasi sakral bekas kampus Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI) di Gampingan, Wirobrajan merupakan ground zero seni rupa di Indonesia. Sejak 1955 di sana dilahirkan para maestro seni rupa tanah air, mulai dari Sapto Hudojo, Saptoto, I Nyoman Gunarsa, Edhi Sunarso, Amri Yahya, Djoko Pekik, Widayat, G. Sidharta, hingga berbagai nama besar seniman lainnya. 

Tempat ini nilai bersejarahnya mungkin setara Lokananta di Solo yang juga menjadi ground zero dalam perjalanan musik Indonesia pasca kemerdekaan. JNM sejak beberapa tahun terakhir selalu menjadi venue bagi berbagai ajang seni budaya bergengsi di tanah air, misalnya Art Jog dan Biennale Jogja.

Pada tahun ‘50-an, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menghibahkan sebidang tanah di area Gampingan, Wirobrajan yang kemudian berkat bantuan Amerika Serikat dibangunlah gedung pre-fabrikasi yang diperuntukkan sebagai Kampus ASRI. Kompleks pendidikan seni rupa pertama di Indonesia ini menarik perhatian Presiden Soekarno yang kemudian datang berkunjung ke Gampingan.

“Saya telah melihat-lihat di ASRI. Ternyata bahwa kemerdekaan membawa kemajuan juga di lapangan kesenian. Kemerdekaan memang berarti ‘Pembebasan.’ Kesenian kita yang dulu dalam zaman penjajahan terbelenggu, menjadilah bebas merdeka dalam alam kemerdekaan. Terbanglah membubung di angkasa laksana burung Elang - Rajawali,” tulis Presiden Soekarno saat berkunjung ke Kampus ASRI pada 1955.

Pada tahun 1968 ASRI kemudian berubah menjadi Sekolah Tinggi Seni Rupa Indonesia (STSRI) yang mencetak banyak sarjana seni rupa di kemudian hari. Setelah berjalan enam belas tahun lamanya, pada pertengahan 1984, STRSI kemudian melebur bersama Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) dan Akademi Musik Indonesia (AMI) menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Kampus ISI kemudian dipindahkan ke Jl Parangtritis KM 6, Sewon, Bantul pada tahun 1998 dan bekas kampus di Gampingan ini sempat menjadi vakum dan kurang terawat sebelum akhirnya mulai diaktivasi kembali oleh Yayasan Yogyakarta Seni Nusantara (YYSN) pada tahun 2006 menjadi Jogja National Museum, sebagai rintisan museum seni kontemporer.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar