Secara historis, korespondensi mulai marak dengan kehadiran
layanan pos di Solo pada pertengahan abad ke-19. Perihal tersebut merupakan
efek simultan dari lahirnya kebiasaan baru korespondensi dengan kartu pos di
Hindia Belanda pada tahun 1874. Adanya kartu pos yang diterbitkan oleh dinas
pos pemerintah menjadi era baru dalam komunikasi surat. Pada tahun 1890'an
kartu pos bergambar yang dicetak partikelir mulai bermunculan.
Potret kota Solo cukup banyak terpampang dalam visual kartu
pos. Beberapa perusahaan di Solo seperti Boekhandel Vogel v.d. Heijde &
Co., Toko Gebr. Haye, dan Solosche Snelpersdrukkerij Sie Dhian Hö menerbitkan
kartu pos seri Solo. Tidak ketinggalan dari luar kota diantaranya Tio Tek Hong
(Weltevreden) G. C. T. van Dorp (Semarang), dan De Gedeh (Weltevreden) yang
menampilkan potret bangsawan Keraton Surakarta.
Menarik untuk dicermati, secara tidak langsung kartu pos
merekam situasi pada masanya sekaligus perubahan-perubahan pada masa mendatang.
Visualisasi dan informasi tersurat dalam lembaran-lembaran kartu pos dapat
digunakan untuk menelusuri dinamika sebuah kota dan kehidupan masyarakat yang
luput terdokumentasi, baik secara tertulis maupun visual. Oleh karena itu, kartu pos tidak hanya sebagai media
korespondensi semata tetapi juga visualisasi arsip sejarah.
Dukungan penuh diberikan UPTD Museum Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Surakarta untuk merespon koleksi arsip dari kartu pos seri Solo
melalui gelaran perdana Solo Murakabi. Sementara itu, Pen & Postcard
menjadi langkah konkrit dari Komunitas Jejak Kartu Pos untuk mendekatkan
kembali kartu pos dan tinta kepada Masyarakat. Selanjutnya sinergi antara dinas
dan komunitas ini diwujudkan dalam pameran Solo Murakabi x Pen & Postcard
2023 bertajuk “Solo dalam Bingkai Kartu Pos” di Museum Radya Pustaka Surakarta.
Persamaan tekad untuk menjadikan Kota Surakarta sebagai
ruang pariwisata, ruang riset, ruang damai, serta ruang diskusi menjadi kunci
kolaborasi dalam gelaran kegiatan ini. Pameran “Solo dalam Bingkai Kartu Pos”
tidak sekedar menghadirkan potret lawas Kota Solo, diharapkan publik dapat
menginterpretasikan masing-masing untuk membaca segala kemungkinan sejarah.
“Dari kartu pos kita dapat menelisik tentang sejarah kota
dan juga keadaan situasional pada waktu itu, dan tercatat penggemar kartu pos
di Indonesia dalam wadah komunitas kartu pos tercatat sekitar 9000 anggota dan
sekitar 805.000 untuk seluruh Dunia ” Imbuh Uul Jihadan Founder Jejak Kartu Pos
Bonita Rintyowati
Kepala UPT Museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta “Pada
pameran ini kita kolaborasi dengan komunitas dan penyimpan barang yang dulunya
beririsan dengan Masyarakat. Hal ini seperti lorong waktu menjahit ingatan
untuk selalu rindu dan dipelajari. Dari lembar kertas yang beredar dapat
memberikan manfaat dan menarik wisatawan hadir ke kota Solo yang Museum Radya
Pustaka ditargetkan mencapai 2000 an pengunjung per bulan. Kali ini sekitar
100an Kartu Pos tentang Solo atau Surakarta kita sajikan dalam pameran dan juga
koleksi arsip dari Museum Radya Pustaka”
Turut membuka Reception Art Solo Dalam Bingkai Kartu
Pos Aryo Widyandoko Kepala Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta “Dari sini kita bisa mempelajari,
bahwa dari selembar Kartu Pos dapat berbicara dulu, Kini dan Masa Depan, dan
bercerita tentang keadaan Solo. Sehingga ini sangat menarik untuk menjadikan
museum selalu hidup sebagai ruang
kreatif, ruang diskusi serta banyak dinikmati. Tahun 2022 lalu Surakarta pernah
terekam melalui Benda Pos seri Prajurit Keraton Surakarta yang diterbitkan oleh
Kementrian Komunikasi dan Informatika Rep. Indonesia. ”
Gelaran pameran Solo dalam bingkai kartu pos kali ini di kuratori oleh Nanang Setiawan dan
Martha Setyowati yang akan berlangsung dari 21 – 30 November 2023 di Museum
Radya Pustaka.
Catatan:
Murakabi /mu.ra.ka.bi/ (adj) berasal dari bahasa Jawa yang
berarti memberikan untung, bermanfaat, memberikan rezeki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar