Minggu, 28 Juli 2024

Kagumi Perubahan Malioboro, Puluhan Warga Kirim Surat dan Kartu Pos ke Disbud Kota Jogja

Perubahan wajah kawasan Malioboro pasca penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) beberapa tahun terakhir nampaknya mengundang kekaguman masyarakat dan wisatawan. Pengalaman yang berkesan selama berada di ikon Kota Yogyakarta bahkan mereka tuangkan dalam surat dan kartu pos yang mereka kirimkan ke Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta. 



Pengirim pesan terbubuh cap pos Jakarta atas nama Juan.  menyampaikan "Setiap bawa rombongan ke Jogja, selalu minta ke Malioboro. Bangga dengan Malioboro yang selalu bersolek secara dinamis. Tetap memegang teguh nilai-nilai luhur Kota Yogya lintas generasi. Tabik!".


Hal senada disampaikan pengirim yang menyebut irinya seseorang yang pernah tinggal di Jogja. Pengirim kartu pos ini menyampaikan "Bagiku, nama Malioboro menjadi tempat yang paling iconic untuk Yogyakarta. Banyak cerita terekam di sepanjang sudut indahnya. Meskipun wajah Malioboro selalu bertransformasi, tetapi rasa yang sama selalu menggetarkan hati. Hiduplah selalu Malioboro. Dalam Kota Jogja dalam hati kita."




Sedangkan pengirim atas nama Annisa menyampaikan "Jajan Lesehan di Teras Malioboro". 


Pengirim kartu pos atas nama Na mengungkapkan "Hi, Malioboro. Apa kabarmu hari ini ? Terimakasih sudah menemaniku dari jaman SD. Kamu selalu jadi penghibur disaat suntuk meski cuman sekedar ngukur jalan. Tetaplah menjadi ruang yang dirindukan dan menyenangkan untuk semua. I love you full Malioboro."



Ghea Anissah Mahasiswa UGM menuliskan pesan "Jogja tanpa Malioboro bagai  langit tanpa bintang kurang satu, tak sempurna"


Sementara Surat dari Andi terkirim dari Banyuraden mengungkapkan "Tidak pernah bosan untuk jalan-jalan di Malioboro. Apalagi malem. Suasananya itu ngangenin. Sekarang tampilannya lebih ciamik dan syahdu pol. Banyak tempat duduknya juga."


Mengetahui hal ini, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti cukup terkejut datangnya pesan secara bertahap dan  menyampaikan terimakasih pada warga yang sudah mengapresiasi penataan Malioboro sebagai kawasan Sumbu Filosofi. Ditetapkan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda oleh UNESCO, penataan Malioboro memang perlu dilakukan, termasuk pedagang yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Malioboro.


"Kami terus berbenah untuk Malioboro untuk meningkatkan pelayanan yang terbaik tentunya hal ini di butuhkan doa dan dukungan Masyarakat semua" pungkas Yetti Martanti. 

Minggu, 21 Juli 2024

Solidaritas untuk PKBI "Kesehatan Reproduksi Bagian Dari Saya dan Akan Kami Perjuangkan Selamanya"

 


Peristiwa penertiban paksa kantor Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di Jalan Hang Jebat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada 10 Juli 2024, menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Operasi yang melibatkan gabungan personel Satpol PP, TNI, Polri, Dinas Lingkungan Hidup, Damkar, dan Dinas Perhubungan ini menunjukkan tindakan yang tidak mengindahkan sejarah panjang PKBI sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pertama yang mempelopori gerakan Keluarga Berencana (KB) dan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.

Sejak didirikan pada tahun 1957, PKBI telah memainkan peran penting dalam mendirikan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan kini PKBI telah beroperasi di 26 provinsi dan 249 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Kejadian ini memicu berbagai reaksi, mulai dari empati dan dukungan hingga pertanyaan tentang konflik antara PKBI dan lembaga pemerintah terkait kesehatan masyarakat.

Hadir dalam kegiatan diskusi ini, Ichsan Malik, Ketua Pengurus Nasional PKBI, dengan tegas menyatakan bahwa secara hukum, kantor PKBI itu statusnya non-executable. "Tidak boleh dieksekusi. Kenapa? Karena Depkes (Departemen Kesehatan) hanya memiliki hak pakai," ungkap Malik. Pernyataan ini menyoroti kesalahan prosedural dalam penertiban tersebut dan menggarisbawahi ketidakadilan yang dialami oleh PKBI.

Solidaritas dan Komitmen


Dalam diskusi publik bertema "Kesehatan Reproduksi Bagian Dari Saya dan Akan Kami Perjuangkan Selamanya" yang diselenggarakan oleh PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai respons terhadap penggusuran tersebut, pentingnya solidaritas dan kolaborasi dalam upaya mempertahankan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi menjadi sorotan utama. Diskusi ini dihadiri oleh narasumber dari berbagai organisasi yang mendukung PKBI, termasuk Siklus Indonesia, SAPDA, LBH Yogyakarta, WALHI, dan P3SY.

Nurul Sa'adah dari SAPDA mengungkapkan sebuah pengalaman nyata mengenai pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi. "Pada tahun 2017, ada 17 anak SLB yang hamil bersamaan. Waktu itu bingung kok bisa? Ternyata situasinya, sekolah tidak memberi informasi yang jelas tentang kesehatan reproduksi, dan mereka hanya mendapat informasi dari internet. Mereka saling menantang ketika sudah berhubungan dengan pacarnya, akan share di grup WA. Dan itu yang dikeluarkan siswa putri."

Pengalaman ini menekankan betapa pentingnya pemahaman yang benar mengenai kesehatan reproduksi oleh remaja dengan disabilitas, orang tua, guru, dan pendamping. PKBI DIY sebagai salah satu lembaga yang bergerak dalam isu kesehatan reproduksi memiliki peran penting dalam memberikan edukasi ke sekolah-sekolah.



Cek Kesehatan Gratis

Sebagai bentuk nyata komitmen PKBI DIY dalam melayani masyarakat, kegiatan ini juga mengadakan cek kesehatan gratis bagi masyarakat Mergangsan dan sekitarnya. Ini adalah langkah konkret untuk memperkuat solidaritas dan menunjukkan dedikasi PKBI dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan reproduksi.

Dedikasi PKBI selama lebih dari lima dasawarsa terhadap kesehatan perempuan telah menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan memperluas pemahaman tentang kesehatan reproduksi secara menyeluruh. Selain berkontribusi dalam upaya penurunan stunting dan angka kematian ibu, PKBI juga menjadi pelopor berdirinya BKKBN dan aktif dalam layanan kontrasepsi.

Melalui diskusi ini, PKBI DIY berharap dapat menilik kembali kerja-kerja baik yang telah dilakukan bersama dan menguatkan komitmen untuk terus mengupayakan kesehatan reproduksi di setiap sektor yang beririsan. Solidaritas yang ditunjukkan dalam acara ini mengingatkan kita semua bahwa perjuangan panjang atas upaya pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi belumlah tuntas. Ini adalah isu yang hadir di setiap lintas sektor, usia, dan pengetahuan, serta di setiap linimasa kehidupan kita sebagai manusia.



Sebagai masyarakat yang peduli, kita harus terus mendukung PKBI dalam perjuangan mereka untuk memastikan bahwa hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi dihormati dan dipenuhi. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk terus memperjuangkan kesehatan reproduksi bagi seluruh masyarakat, terutama bagi kelompok yang terpinggirkan.