Peristiwa penertiban paksa kantor Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) di Jalan Hang Jebat, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan pada 10 Juli 2024, menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Operasi yang melibatkan gabungan personel Satpol PP, TNI, Polri, Dinas Lingkungan Hidup, Damkar, dan Dinas Perhubungan ini menunjukkan tindakan yang tidak mengindahkan sejarah panjang PKBI sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pertama yang mempelopori gerakan Keluarga Berencana (KB) dan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia.
Sejak didirikan pada tahun 1957, PKBI telah memainkan peran penting dalam mendirikan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan kini PKBI telah beroperasi di 26 provinsi dan 249 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Kejadian ini memicu berbagai reaksi, mulai dari empati dan dukungan hingga pertanyaan tentang konflik antara PKBI dan lembaga pemerintah terkait kesehatan masyarakat.
Hadir dalam kegiatan diskusi ini, Ichsan Malik, Ketua Pengurus Nasional PKBI, dengan tegas menyatakan bahwa secara hukum, kantor PKBI itu statusnya non-executable. "Tidak boleh dieksekusi. Kenapa? Karena Depkes (Departemen Kesehatan) hanya memiliki hak pakai," ungkap Malik. Pernyataan ini menyoroti kesalahan prosedural dalam penertiban tersebut dan menggarisbawahi ketidakadilan yang dialami oleh PKBI.
Solidaritas dan Komitmen
Dalam diskusi publik bertema "Kesehatan Reproduksi Bagian Dari Saya dan Akan Kami Perjuangkan Selamanya" yang diselenggarakan oleh PKBI Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai respons terhadap penggusuran tersebut, pentingnya solidaritas dan kolaborasi dalam upaya mempertahankan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi menjadi sorotan utama. Diskusi ini dihadiri oleh narasumber dari berbagai organisasi yang mendukung PKBI, termasuk Siklus Indonesia, SAPDA, LBH Yogyakarta, WALHI, dan P3SY.
Nurul Sa'adah dari SAPDA mengungkapkan sebuah pengalaman nyata mengenai pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi. "Pada tahun 2017, ada 17 anak SLB yang hamil bersamaan. Waktu itu bingung kok bisa? Ternyata situasinya, sekolah tidak memberi informasi yang jelas tentang kesehatan reproduksi, dan mereka hanya mendapat informasi dari internet. Mereka saling menantang ketika sudah berhubungan dengan pacarnya, akan share di grup WA. Dan itu yang dikeluarkan siswa putri."
Pengalaman ini menekankan betapa pentingnya pemahaman yang benar mengenai kesehatan reproduksi oleh remaja dengan disabilitas, orang tua, guru, dan pendamping. PKBI DIY sebagai salah satu lembaga yang bergerak dalam isu kesehatan reproduksi memiliki peran penting dalam memberikan edukasi ke sekolah-sekolah.
Cek Kesehatan Gratis
Sebagai bentuk nyata komitmen PKBI DIY dalam melayani masyarakat, kegiatan ini juga mengadakan cek kesehatan gratis bagi masyarakat Mergangsan dan sekitarnya. Ini adalah langkah konkret untuk memperkuat solidaritas dan menunjukkan dedikasi PKBI dalam menjaga kesehatan masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan reproduksi.
Dedikasi PKBI selama lebih dari lima dasawarsa terhadap kesehatan perempuan telah menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan memperluas pemahaman tentang kesehatan reproduksi secara menyeluruh. Selain berkontribusi dalam upaya penurunan stunting dan angka kematian ibu, PKBI juga menjadi pelopor berdirinya BKKBN dan aktif dalam layanan kontrasepsi.
Melalui diskusi ini, PKBI DIY berharap dapat menilik kembali kerja-kerja baik yang telah dilakukan bersama dan menguatkan komitmen untuk terus mengupayakan kesehatan reproduksi di setiap sektor yang beririsan. Solidaritas yang ditunjukkan dalam acara ini mengingatkan kita semua bahwa perjuangan panjang atas upaya pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi belumlah tuntas. Ini adalah isu yang hadir di setiap lintas sektor, usia, dan pengetahuan, serta di setiap linimasa kehidupan kita sebagai manusia.
Sebagai masyarakat yang peduli, kita harus terus mendukung PKBI dalam perjuangan mereka untuk memastikan bahwa hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi dihormati dan dipenuhi. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk terus memperjuangkan kesehatan reproduksi bagi seluruh masyarakat, terutama bagi kelompok yang terpinggirkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar