Sabtu, 16 November 2024

Klaten Etno Jazz Sawah 2024, Padukan Harmoni Musik dan Alam Dalam Sebuah Gerakan Lestari Untuk Kedaulatan Air dan Ketahanan Pangan

 Etnik Jazz, Kedaulatan Air dan Ketahanan Pangan, serta Kesadaran Rural-Urban

Sebelum menyebar ke kota-kota besar di Amerika pada awal abad 20, jazz lahir dari komunitas yang dihempas kesulitan ekonomi dan sosial masyarakat rural-pedesaan. Ruang refleksi masyarakat agraris yang sehari-hari bekerja di sawah dan ladang. Dan, jazz memperkuat ikatan komunitas, menyatukan individu dalam perayaan dan sarana hiburan setelah penat kerja di sawah.

Ketika bergerak ke wilayah urban, jazz diadaptasi dan dipengaruhi oleh gaya hidup yang lebih dinamis dan kompleks di perkotaan. Menjadi lebih eksperimental, modern, dan berteknologi canggih. Menjadi simbol kebebasan dan inovasi, namun tetap membawa semangat kolektif yang diadopsi dari pedesaan. Semangat ini tampak dari improvisasi yang lantas menjadi elan vital jazz. 

Jazz dapat dilihat sebagai metafora bagi kehidupan agraris, di mana petani membutuhkan improvisasi dalam pengelolaan tanam dengan kondisi alam yang berubah-ubah. 

Klaten Etno Jazz Sawah memperlihatkan sinergi sektor pertanian dan unsur penting air serta budaya dalam mempertahankan kedaulatan pangan. Dengan kolaborasi yang elok dengan sektor pertanian, jazz dapat menjadi bagian penting dari gerakan budaya yang mendukung keberlanjutan dan ketahanan pangan.

Mengambil bentang alam sub Das Pusur, tepatnya di Umbul Besuki dengan mata air beningnya dan dikelilingi sawah yang menyejukkan mata, Klaten Etno Jazz Sawah dipersembahkan pada hari Minggu, 17 November 2024 mulai pukul 12.00 hingga 17.30 atau selesai sebelum Magrib.

Menampilkan bintang tamu Trie Utami, Vertigong with Silir Wangi, Smara Tantra, Keroncong Jazz Lastarya, Komunitas Jazz Indonesia yang diwakili oleh Pilipe Solo Jazz Activity, Agung Prasetyo (Komunitas Jazz Jogja), Ucok Vippucang (Fjc Surabaya), Musik Air by Memet Chairul Slamet, Gejok Lesung Sekar Melati dan Drumband SDN Ponggok.

Agus Setiawan Basuni dari WartaJazz – sebuah ekosistem Jazz di Indonesia yang menjadi inisiator Klaten Etno Jazz Sawah menyampaikan bahwa kegiatan ini adalah sebuah ikhtiar menyatukan stakeholder ekonomi kreatif untuk saling bersinergi mengantisipasi terbukanya peluang dengan koneksitas Klaten lewat jalan tol ditengah dua kota yang punya magnet budaya dan wisata luar biasa Yogyakarta dan Solo. “Klaten terkenal lewat Beras Delanggunya. Kami ingin mendorong sinergi antara musik Etno, Jazz dan Sawah”

Ajakan ini disambut dengan antusias oleh Juneadhi Mulyono, Lurah Desa Ponggok yang viral lewat wisata airnya. “Kolaborasi menjadi kata kunci ditengah dunia yang serba tak menentu. Dengan saling mendukung Wisata dan Pertanian, semoga kegiatan ini bermanfaat untuk masyarakat sekaligus jadi ajang ” ujarnya.

Hal yang sama diamini oleh Yusuf Murdani dari Komunitas Petani Muda Klaten, “Pertanian memiliki pola yang mirip dimana improvisasi harus kerap dilakukan manakala menghadapi cuaca, pasar atau teknologi maka Petani harus mampu beradaptasi”, ucapnya.

Bentuk adaptasi ini didukung pula oleh Daniel Timbul, seorang artpreneur asli Klaten dari Seroja Indonesia, yang menggali dan mengembangkan potensi desa lewat kelas artistiknya yang menjadi bagian dari Road to Klaten Etno Jazz Sawah. “Kami ingin potensi yang ada di manfaatkan dan dimaksimalkan. Dengan penggunaan material yang terabaikan dan ramah lingkungan melahirkan karya-karya artistik berbasis sumberdaya lokal”. 

Sementara Rama Zakaria, menyampaikan dukungan AQUA Klaten soal perlunya integrasi pengelolaan bentang alam sub DAS Pusur, dimana Klaten Etno Jazz Sawah akan mengambil setting lokasi acara. ”Mengelola sumber daya air erat kaitannya dengan Kedaulatan Pangan, pendekatan kami secara ekosistem agar sumber air ini tetap lestari”.

Acara ini merupakan kolaborasi WartaJazz, Komunitas Petani Muda Klaten, Desa Wisata Ponggok, Seroja Indonesia, bersama AQUA.

Turut didukung oleh Pemerintah Kabupaten Klaten, Lestarilah Indonesia dan Grand Tjokro Hotel.


HTM sebesar IDR. 20.000,- sudah termasuk fasilitas berenang di Umbul Besuki & merchandise beras bisa didapatkan dengan melakukan pemesanan melalui link s.id/etnojazz


Jumat, 15 November 2024

Polident Luncurkan POLINA, Consumer Chat AI Pertama di Indonesia Khusus Perawatan Gigi, dan Penyediaan Gigi Tiruan Gratis dalam Kampanye #BalikinSenyum

  


Yogyakarta, 14 November 2024Polident, merek perawatan gigi tiruan dari perusahaan kesehatan konsumen Haleon, hari ini resmi meluncurkan kampanye #BalikinSenyum dengan dua inisiatif utama: POLINA, consumer chat berbasis AI pertama di Indonesia yang memberikan panduan perawatan gigi tiruan secara gratis melalui WhatsApp, dan program penyediaan gigi tiruan gratis bagi mereka yang membutuhkan. Kampanye ini bertujuan untuk memperluas akses perawatan gigi tiruan kepada masyarakat yang membutuhkan di Indonesia, dimulai dari DI Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dengan rencana ekspansi ke daerah lain.



Dhanica Mae Tiu, General Manager Haleon Indonesia, menyatakan, “Kampanye ini adalah langkah konkret Haleon dan Polident untuk membawa dampak positif bagi komunitas. Ini sejalan dengan misi Haleon untuk menghadirkan kesehatan sehari-hari yang lebih baik. Melalui POLINA yang mempermudah akses ke informasi perawatan gigi tiruan, penyediaan gigi tiruan gratis, serta dukungan dari mitra-mitra terpercaya kami harap program ini benar-benar #BalikinSenyum dan memastikan kita tidak melewatkan kebahagiaan terkecil sekali pun dalam hidup.”



Berbeda dari pandangan umum, kehilangan gigi tidak hanya dialami oleh kelompok lanjut usia (lansia), melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2023, sekitar 18% kehilangan gigi pada rentang usia 35-44 tahun, 26,4% terjadi pada rentang usia 45-54, 37,2% terjadi pada rentang usia 55-64, dan sebanyak 46,5% terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas[1]. Maka dari itu, Polident melihat pentingnya menanggapi masalah ini, mulai dari Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satu daerah dengan permasalahan gigi dan mulut lebih tinggi dari rata-rata Indonesia, yakni sebanyak 56,9%[2].



Jika dirasa perlu, dokter gigi umumnya menganjurkan pasien untuk mendapatkan gigi tiruan maupun implan gigi. Sayangnya, hanya 3,1%[3] orang Indonesia yang mengakses gigi tiruan, dan angkanya jauh lebih sedikit lagi bagi gigi implan. Kesadaran akan pentingnya memakai gigi tiruan yang rendah hingga kendala biaya menjadi salah dua alasan dari rendahnya adopsi gigi tiruan. Pembuatan gigi tiruan dapat memakan biaya sekitar Rp200.000 hingga Rp500.000 per gigimembuatnya tidak terjangkau bagi sebagian orang.




[1] Kementerian Kesehatan, 2023. Survei Kesehatan Indonesia 2023. Laporan SKI 2023 Dalam Angka.

[2] ibid

[3]


Sabtu, 02 November 2024

PORTA FUTURA, Pintu Menuju Masa Depan




 Event vape terbesar di Indonesia, INVEX (Indonesia Vape Expo) akan kembali digelar di akhir tahun 2024. Jogja Expo Center dipilih sebagai venue INVEX 2024 pada tanggal 2 - 3 November 2024.

Vape menjadi salah satu bagian dari gaya hidup yang tumbuh bersamaan dengan kultur-kultur populer yang ada. Tahun ini, INVEX mengusung sebuah tema besar “PORTA FUTURA” yang berarti sebuah “Pintu Menuju Masa Depan”. INVEX 2024 ini menjadi gerbang penanda eksistensi dan meluasnya industri vape. Sebuah tempat meleburnya berbagai entitas dan komunitas, baik dari dunia vape maupun budaya populer yang selama ini berkembang bersama dengan dunia vape. Lewat Muklay, sebagai kolaborator visual INVEX tahun ini, INVEX berharap dapat merepresentasikan ‘Porta Futura’ melalui karya-karya ikonik dan futuristiknya di setiap sudut venue INVEX 2024



Bersinergi dengan OXVA, OXPASSION dan VAPEBAY sebagai sponsor utama, INVEX 2024 akan diikuti lebih dari 50 brand vape baik dari dalam dan luar negeri sebagai exhibitors dengan berbagai aktivasti-aktivasi yang menarik di setiap boothnya

Ada banyak nama besar yang akan meramaikan INVEX 2024 ini, seperti Peewee Gaskin, Shaggy Dog, Barasuara, Dongker, The Cloves And The Tobacco, Rub Of Rub, Prontaxan, The Jeblogs, More On Mumbles, Behawan & Hers, Colorcode, Niskala dan Ncore. Selain itu, INVEX juga menggandeng entitas kreatif MORSE untuk menyuguhkan pop up market yang bernama ‘PUMMO’. Menghadirkan 30 tenant di kategori fashion dan lifestyle, serta 36 tenant food & beverages sebagai pelengkap petualanganmu di Porta Futura



Gerbang masa depan ini juga semakin terbuka luas dengan mengundang lebih dari 1.000 vape store dan distributor di seluruh Indonesia untuk menjadi VVIP GUEST, yang nantinya akan bergabung dalam sebuah ruang eksklusif bernama VVIP Lounge. Di VVIP Lounge, para VVIP Guest akan disuguhkan oleh presentasi dari beberapa brand owner yang kemudian dapat berdiskusi bahkan menjadi sebuah kolaborasi antara brand owner, retailer dan distributor. VVIP Lounge memberi kesempatan para vapestore untuk membangun jejaring bisnis baru dan mengembangkan industri vape menjadi lebih luas.

Tak lupa, ada Vape Competition yang akan jadi salah satu salah satu ciri khas INVEX. Akan ada Coil Art by OHM Komodo, Cloud Trick by RCRAFT, Cloud Chasing by Poda, Brewing Competition by Capella dan Long Puff by Poda.




Sesuai dengan tema besar INVEX 2024 yaitu ‘PORTA FUTURA’, INVEX 2024 tidak hanya menjadi vape expo namun menjadi sebuah ekosistem baru untuk membuka gerbang masa depan industri vape yang lebih luas.


Selasa, 29 Oktober 2024

Pasa Harau Art & Culture Festival, Festival Budaya yang Menarik di Lembah Harau



Lima Puluh Kota, 27/10). Lembah Harau, sebuah kawasan ngarai yang diapit oleh bukit-bukit cadas yang berdiri tegak menjulang antara 150-200 meter, salah satu lembah terbaik yang ada di Indonesia. Lembah ini dikelilingi oleh hutan tropis yang masih terjaga. Sejumlah mata air mengalir sepanjang tahun di daerah ini. Ada enam air terjun yang indah di kawasan ini.

 Lembah ini terletak sekitar 2 kilometer dari Kantor Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota di Sarilamak, 47 kilometer dari Kota Bukittinggi dengan waktu tempuh 1,5 jam, atau 93 kilometer dari Pintu Tol Koto Kampar, Riau dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam.

 Tahun ini, Lembah Harau tengah semarak dengan perhelatan festival kebudayaan bertajuk Pasa Harau Art & Culture Festival (PHACF) yang ke-6 pada tanggal 25-27 Oktober 2024.



 Sejak jumat sore (25/10) sejumlah traveler dan pengunjung Pasa Harau Art & Culture Festival (PHACF) ke-6 tahun 2024 telah berdatangan memadati venue pertunjukan dengan latar belakang tebing yang menjulang tinggi, indah.

 Sejumlah ragam seni pertunjukan baik seni tradisi, budaya, seni kontemporer dan musik menjadi konten festival yang menarik. Pembukaan festival diawali dengan tradisi Arak Iriang diikuti oleh Pucuak Adat, Niniek Mamak, Bunda Kanduang, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Dubalang, dan warga masyarakat. Dilanjutkan dengan tradisi Makan Bajamba, yakni makan bersama dalam satu talam/dulang. Jamba adalah wadah atau tempat nasi yang diletakkan di atas talam, nampan atau dulang yang kemudian disantap bersama oleh beberapa orang, biasanya empat sampai enam orang dalam satu jamba.

 Nadya Lara Angela, Direktur PSHAF menyatakan bahwa festival yang dilakukan oleh anak-anak Nagari Harau ini adalah festival untuk melestarikan seni tradisi dan budaya yang ada di Lembah Harau.



 "Festival sebagai upaya kita bersama dalam melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya yang kita miliki di Nagari Harau." Ujar Nadya Lara Angela.

 Dalam sambutannya, Syukriandi, Wali Nagari Harau menyebutkan bahwa Festival yang dilakukan secara swadaya sejak tahun 2016 telah memberikan dampak nyata bagi masyarakat di Nagari Harau.

 "Dulu desa kami adalah desa tertinggal, semenjak ada Pasa Harau sebagai salah satu kegiatan pembangunan budaya dan wisata, perlahan nagari Harau terus berkembang dan sekarang masuk kategori nagari/desa mandiri." Jelas Syukriandi.



 Dalam kesempatan terpisah, Budhi Hermanto dari Yayasan Umar Kayam menyatakan bahwa pendekatan kebudayaan dalam pembangunan desa bisa menjadi cara untuk mengembangkan masyarakat desa menjadi lebih maju dan berkembang.

 “Sayangnya memang belum banyak desa dan bahkan pemerintah daerah di Indonesia yang mengarustamakan kebudayaan sebagai bagian penting dalam pembangunan. Semoga contoh baik di Nagari Harau, Sumatera Barat ini bisa menjadi jalan baik upaya pemajuan kebudayaan kedepan di Indonesia. Apalagi kita sekarang sudah memiliki Kementrian Kebudayaan yang kami harapkan menjadi terus memajukan kebudayaan di Indonesia.” Ujar Budhi.

 Festival kebudayaan di Lembah Harau ini juga didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset & Teknologi (sekarang Kementrian Kebudayaan) serta Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (sekarang Kementrian Pariwisata).



 Desy Wulandari dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan yang hadir dalam festival menyebutkan bahwa Pasa Harau Art & Culture Festival merupakan perwujudan ekosistem kebudayaan yang hidup dan mengintegrasikan kebutuhan kontemporer masyarakat.

 "Festival ini membuktikan bahwa kolaborasi antara budaya, alam, dan komunitas mampu menciptakan ruang kaya pengalaman budaya sekaligus menjadi sumber inspirasi untuk perubahan. Kami berharap Pasa Harau semakin memperkuat identitas Nagari Harau dan menjadiinspirasi bagi daerah lain di Indonesia." Kata Desy Wulandari yang mewakili Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud.

 Sementara Direktur Event Daerah, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Reza Fahlevi memberikan pernyataan serupa, bahwa PHACF adalah event yang berangkat dari bawah ini bisa menjadi salah satu contoh karena tidak banyak event yang inisiatifnya dari bawah seperti Pasa Harau Art & Culture Festival.

 "Saya pikir desa-desa wisata yang ada di Indonesia ini bisa belajar kesini karena menyelenggarakan event yang memberikan dampak bagi masyarakat secara ekonomi maupun pelestarian nila-nilai budaya, sekaligus ruang eksresi bagi para pelaku ekonomi kreatif, & seni budaya." Ujar Reza Fahlevi.

 Pejabat sementara Bupati Limapuluh Kota, Ahmad Zakri yang hadir secara khusus dalam pembukaan festival menyatakan bahwa nilai tradisi dan budaya yang baik harus kita wariskan. Festival ini menjadi bagian dari upaya untuk mengembangan budaya sebagai warisan nilai yang kita miliki.

 "Banyak tokoh dari Minangkabau yang menjadi bagian penting dari bangsa ini seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim dan lainnya adalah orang-orang yang memegang teguh adat, tradisi dan kebudayaan Minangkabau." Kata Ahmad Zakri.

 Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa contoh baik kebersamaan para tetua adat, pemerintah nagari dan komunitas di Lemnbah harau ini harus diteruskan dan diperkuat, karena kebersamaan adalah kunci dalam membangun nagari.

Sabtu, 26 Oktober 2024

Indonesia Kita Menolak Lupa dengan Tampilkan Pertunjukan Kisah Penunggu Jembatan Merah di Yogyakarta

 


Setelah sukses pentaskan “Si Manis Jembatan Merah” di Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 27-28 September 2024, Indonesia Kita akan melanjutkan pentas produksi mereka yang ke-42 ini di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, pada 30 Oktober 2024.

Sama seperti halnya pementasan di Jakarta, pentas di kota pelajar ini tetap disutradarai oleh Agus Noor yang juga berperan sebagai penulis skenario. Sejumlah pemain yang tampil di Jakarta juga akan muncul di Yogyakarta, dengan beberapa pemain baru. Dalam pertunjukan di Taman Budaya Yogyakarta ini, tampil Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar Kobar, Denny Chandra, Whani Darmawan, Marwoto, Susilo Nugroho, Inaya Wahid, Sha Ine Febriyanti, Mbah Rani, Joened, dan Wisben. Pertunjukan ini akan diiringi musik dari Orkes Sinten Remen dan dimeriahkan oleh para penari dari DvK Art Movement. 

Tema utama pertunjukan ini berangkat tentang kegelisahan akan nilai-nilai berbangsa dan bernegara yang terasa relevan dengan perkembangan situasi politik di hari-hari belakangan ini. Jalinan cerita pertunjukan ini mengisahkan keberadaan sebuah jembatan di suatu kota yang memiliki nilai sejarah penting bagi penduduk di situ. Ada berbagai kenangan yang melekat di jembatan tersebut. 



Dari kenangan veteran perang yang kerap menziarahi jembatan tersebut yang pernah dipertahankannya dari serangan musuh, kaum-kaum terpinggirkan yang menggunakan jembatan itu sebagai rumah mereka, hingga keberadaan hantu perempuan yang konon kerap menangis. 

Konflik warga terjadi ketika muncul kabar jembatan merah akan dirubuhkan untuk digantikan jembatan lintasan bagi kereta super cepat. Ketika banyak orang mulai jatuh sakit dan bahkan mati, muncul rumor bahwa penunggu jembatan merah meminta tumbal.

Butet Kartaredjasa, sebagai salah satu pendiri Indonesia Kita, menyatakan bahwa lakon kali ini mengajak penonton untuk berefleksi akan makna sejarah bagi perjalanan republik ini. 

Kisah tentang jembatan yang terancam dipunahkan ini seolah menjadi metafora akan ingatan-ingatan kolektif yang seolah-olah mulai dibuyarkan secara sengaja maupun tidak sengaja. “Kita ini semakin hari menjadi bangsa yang mudah lupa akan sejarah. Padahal republik ini senang sekali membuat monumen yang bertujuan untuk mengenang perjalanan bangsa meraih cita-cita kemerdekaan. Karena itu, Indonesia Kita berkomitmen untuk tetap berdaya kritis dengan mendayagunakan kebebasan berekspresi yang dijamin undang-undang, inilah upaya kami dalam menghayati ke-Indonesia-an. Dengan pementasan yang berlanjut dari Jakarta ke Yogyakarta pada 30 Oktober ini, akan banyak isu-isu menarik setelah 10 hari pelantikan presiden  baru. Apalagi yang menyangkut kebijakan-kebijakan publik. Para pemain Indonesia Kita akan merespon dengan kecerdasan masing-masing," ujar Butet Kartaredjasa.

Seturut dengan pernyataan Butet Kartaredjasa, Agus Noor mengamini bahwa ia mengharapkan lakon yang ditulisnya ini bisa menjadi tengara yang mengingatkan para penggemar seni budaya untuk mengingat perjalanan sejarah yang ditempuh republik ini. “Jembatan Merah di dalam lakon ini menandai perjuangan rakyat dalam mencapai kemerdekaannya. Namun, sering kali kita secara tidak sadar mulai melupakan atau terlupa akan makna di balik monumen-monumen yang bertebaran di sekeliling kita. Pada akhirnya, yang kita ingat hanya mitos dan takhayul-takhayul yang mengaburkan kisah sebenarnya. Dengan penampilan lanjutan di Yogyakarta ini, terutama dengan tambahan pemain baru seperti Mbah Rani, Whani Dharmawan, dan Denny Chandra, lakon ini akan makin gayeng dan seru dalam mengajak penonton untuk menolak lupa,” kata Agus Noor

Jumat, 25 Oktober 2024

MILIKAMUFEST : RUANG DIMANA KALIAN ADALAH BAGIAN CERITANYA

 

Hey Kamu, yang berada di tengah kesibukan, kesantaian, kejenuhan, kesenangan, flat, roller coaster, atau apapun yang mewarnai keseharian Kamu, Gong Fest kembali menghadirkan perayaan atas segala prestasi yang telah kamu gapai. Bukan hanya sekedar perayaan panggung musik, tapi ini juga merupakan ruang dimana kalian adalah bagian dari ceritanya. Bersiaplah, karena momen ini adalah MILIKAMU.



Gong Fest merupakan platform festival musik yang berpadu dengan industri kreatif muda begitu kata Anton selaku CEO dan Founder. Gong Fest telah melahirkan banyak event dari Jogja Migunani, Senandung alam Jogja dan Malang 2022, Senandung Ria Malang 2023. Dalam kesempatan kali ini Gong Fest akan menyajikan Milikamu Fest di Yogyakarta.

MILIKAMU Fest akan diselengggarakan di Lapangan Parkir Mandala Krida pada 30 Oktober 2024, menyajikan penampilan musisi favorit kamu, Tipe-X, NDX AKA, FSTVLST X Fanny Soegi, Rebellion Rose, The Jeblogs, dan The Kick.

Selain Musisi favorit kamu MILIKAMU Fest juga akan menghadirkan aktivitas menarik di area floor festival dan juga Instalasi yang bisa kamu respon bersama dengan Farid Stevy. Buat kamu yang pengen jajan juga bakal banyak tenant-tenant food and beverages di area festival. Milikamu Fest akan bekerja sama dengan industri kreatif muda JRNY Records yang aktif di sisi musik.



MILIKAMU merupakan tempat untuk mengekspresikan Keromantisan buat kamu. Bisa dengan Kencan Konser, mencari belahan jiwa dengan Playlist dan selera musik sama. Namun Keromantisan juga ga melulu tentang kehidupan percintaan yang berbunga. Kamu juga bisa meromantisasi kekompakan circle kamu di sini, menjadi tempat reuni dan berbincang, bahkan meromatisasi kesedihan, kesendirian dan juga menjadi ruang yang romantis untuk menonton sebuah Festival seorang diri.

Untuk kamu yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya, tiket MILIKAMU fest bisa kamu dapatkan di Kantor Gong Production, JRNY Coffee & Records, Kopi Skena, serta beberapa outlet Cold N Brew yaitu, CnB Demangan, CnB Kaliurang, CnB Parangtritis, dan CnB Klaten.

Bagi kamu yang ingin beli tiket secara online juga bisa mampir ke webnya Artatix.co.id, atau juga bisa mampir ke Le Travail Coffee, Esco Park Demangan, dan Sepakat Coffee untuk scan barcode dan membeli secara online.

Penukaran tiket bisa dilakukan mulai tanggal 29 Oktober 2024 di Venue Acara (Lapangan Parkir Mandala Krida) dan akan dibuka pada pukul 14.00. Untuk penukaran tiket di hari H, akan dibarengi dengan Pembelian Tiket Offlline MILIKAMU Fest on the spot dan akan dibuka pada pukul 10.00 WIB.

Hey Kamu, Iya Kamu. Bersiaplah! Hingar bingar dan perayaan ini adalah MILIKAMU.

Festival Kebudayaan Terbesar di Lembah Harau, Sumatera Barat Siap Digelar Pada Tanggal 25-27 Oktober 2024 Mendatang

 JogjaUpdate.com ~ Pasa Harau Art & Culture Festival akan digelar untuk keenam kalinya pada tanggal 25-27 Oktober 2024  di Nagari Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. 

Festival berbasis warga yang digagas oleh Komunitas Pasa Harau ini pada tahun ini mengetengahkan tema tentang “Unite With Nature“ sebagai upaya kembali kepada alam dan pelestarian lingkungan.



"Tahun ini kami memberi tema kembali ke alam sebagai bagian dari kampanye untuk selalu menjaga alam dan lingkungan ditengah situasi krisis Iklim. Selain menyuguhkan beragam atraksi seni pertunjukan dan tradisi, kami juga akan mengajak peserta dan traveler ikut kegiatan jelajah lembah Harau sambil menanam pohon di hutan dalam Pasa Harau Art & Culture Festival mendatang." Ujar Rizky Trio Novendra selaku Direktur Produksi dan Artistik Festival didampingi oleh Syukriandi ,Wali Nagari Harau, 23 Oktober 2024 di Limapuluh Kota, Sumatera Barat. 

Menurut Syukriandi (Wali Nagari Harau) festival ini dinisiasi oleh Komunitas Pasa Harau dengan dukungan berbagai organisasi masyarakat, praktisi kebudayaan, para pelaku wisata budaya, dan pemerintah. Masyarakat Nagari Harau ikut terlibat dengan bergotong-royong menyiapkan festival berupa penyiapan lokasi, pembangunan lokasi jualan UMKM bagi masyarakat sekitar, dan kegiatan pendukung festival lainnya.

"Pemerintah Nagari dengan dukungan Badan Musyawarah Nagari juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung festival yang diinisiasi oleh komunitas di Nagari Harau yang telah dilangsungkan sejak tahun 2017 lalu." Jelas Syukriandi lebih lanjut.

Sementara menurut Budhi Hermanto dari Yayasan Umar Kayam selaku pendamping Komunitas Pasaharau, ia mengatakan bahwa Pasa Harau Art & Culture Festival adalah festival warga yang mengedepankan partisipasi dan keterlibatan warga dalam perencanaan, hingga pelaksanaan festival.

“Festival ini sebenarnya alat, bukan tujuan. Warga masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan saling bahu membahu, bergotong royong untuk pemajuan kebudayaan dan sekaligus pengembangan wisata berbasis komunitas di Lembah Harau.” Ujar Budhi Hermanto.

Sementara Syukur Asih Suprodjo dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan RI menyatakan apresiasi yang tinggi terhadap semua pihak yang terlibat dalam kegiatan Festival Pasa Harau sebagai bagian dari upaya pemajuan kebudayaan di Sumatera Barat.

"Kami mendukung kegiatan Pasa Harau Art & Culture Festival tahun 2024 ini sebagai kegiatan kebudayaan yang telah diinisiasi oleh komunitas di Nagari Harau ini. Kami berharap, kegiatan ini terus berlanjut untuk memperkuat ekosistem kebudayaan, khususnya di Sumatera Barat." Kata Syukur Asih Suprodjo.

Dalam kesempatan yang terpisah, Drs. Reza Fahlevi, M.Si., dari Direktorat Event Daerah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI menyambut baik rencana pagelaran Pasa Harau & Art Culture Festival 2024 mendatang. 

"Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sangat mendukung Pasa Harau Art & Culture Festival sebagai event yang berbasis budaya, seni tradisi, dan keindahan alam sekitar Lembah Harau ini. Semoga kedepan festival ini semakin membantu promosi potensi wisata budaya dan alam yang ada di Sumatera Barat." Kata Reza Fahlevi.

Penyelenggara Pasa Harau Art & Culture Festival telah menyiapkan berbagai atraksi budaya, seni tradisi, dan berbagai seni pertunjukan kontemporer yang menarik selama 3 hari sejak tanggal 25-27 Oktober 2024 mendatang. Di Lembah Harau juga telah tersedia berbagai jenis hunian berupa homestay yang bisa menjadi tempat tinggal bagi traveler/wisatawan yang akan menginap di tengah lembah yang menjulang tinggi, indah dan sejuk. (231024/24)


Kamis, 24 Oktober 2024

Perempuan, Pemimpi, dan Perantau: Mitty Zasia Rangkum Ribut di Kepalanya Lewat Album Kedua, Nanti Malam Kupikir Lagi

 Lima tahun setelah merantau dari Sulawesi Utara ke Yogyakarta, Mitty Zasia menemukan apa yang selama ini terasa kurang di hidupnya: mimpi besar yang perlu dikejar. Masalahnya, tak ada yang kasih peringatan bahwa efek samping dari memiliki mimpi adalah pengejarnya sering babak belur dihantam proses. 




Tak terkecuali Mitty, kenyataan bahwa ia juga perempuan dan perantau memberikan dinamika tersendiri dalam upayanya mencapai cita-cita itu. Perjalanan panjang ini membuatnya rutin berpikir sampai khawatir berlebihan, kegelisahan tersebut lantas ia rangkum dalam 15 lagu di album keduanya, Nanti Malam Kupikir Lagi.


“Lagu-lagu di album ini semuanya keresahan yang ganggu pikiranku, rata-rata munculnya tengah malam terus sampai pagi dan berulang besoknya, makanya album ini kukasih judul Nanti Malam Kupikir Lagi,” ujar Mitty. Saat ditela’ah lebih dalam, perbincangan Mitty dengan diri sendiri di waktu-waktu rawan itu berputar soal situasinya sebagai perempuan, pemimpi, dan perantau.


Sebagai perempuan, Mitty mempertanyakan bagaimana dirinya tumbuh besar mengemban beban sosial yang tidak dimintanya lewat lagu seperti “Tolak Ukur” dan “Untuk Perempuanku di Cermin”. Untuk lagu yang disebut terakhir, Mitty berkolaborasi dengan solois perempuan asal Semarang, Fanny Soegi.


Selanjutnya, Mitty merangkum berbagai ribut di kepalanya selama merantau dan mengejar mimpi. Mulai dari betapa beratnya harus jauh dari orang-orang yang ia sayangi lewat “Pada Akhirnya Berkawan Berlalu” dan “Rela Tak Semudah Kata”, berkutat melawan suara-suara bising yang meragukan keputusannya yang tertuang lewat lagu seperti “Keluar Kamar” dan “Terbentur kan Terbentuk”, hingga mendapati kenyataan demi kenyataan pahit hidup yang ia temui selama proses itu lewat “Sandwich” dan  “Kepala Tiga”.


Dari 15 lagu itu, “Bukan Seleramu” dipilih Mitty sebagai focused track karena dianggap cukup mewakili album, “Aku suka lagu itu karena dia egois. ‘Bukan Seleramu’ kubikin sebagai usahaku berterus terang kepada orang yang minta aku untuk jadi apa yang dia mau. Padahal, aku udah susah payah kenal diriku sendiri,” ujar Mitty.  Bekerja sama dengan sutradara Bagus Tikus, video klip “Bukan Seleramu” sudah bisa ditonton di YouTube pada hari perilisan album.





Seluruh pengerjaan lagu di album Nanti Malam Kupikir Lagi dipercayakan Mitty sepenuhnya kepada 6 produser di Yogyakarta, mereka adalah Sasi Kirono, Fareeq Angkasa, Yabes Yuniawan, Awalawe, Adiyatma Dadi Raharjo, dan Usaha Terbaik Kita. Sementara, artwork album dikerjakan oleh seniman visual Jogja Isac Kumoro. Mitty juga bekerjasama dengan Mohammed Kamga, Endah Widiastuti, dan Lintang Larasati sebagai vocal director.





“Aku yakin banyak perempuan lain yang memperjuangkan mimpinya, semoga lagu-laguku ini bisa turut mewakili mereka juga untuk terus jalan. Semua orang punya uniknya masing-masing, apa yang ada di aku, itu yang kugali,” tutup Mitty.


Album Nanti Malam Kupikir Lagi sudah bisa didengarkan di seluruh gerai musik digital.


Kamis, 19 September 2024

Eling lan Waspodo, Rawat Jagat di Kabupaten Pacitan

 Festival Rawat Jagat untuk ketuga kalinya digelar di Kabupaten Pacitan pada tanggal 21 September 2024 mendatang. Kegiatan kebudayaan yang diinisiasi oleh Yayasan Konsorsium Kangen Pacitan dan bermitra dengan Pemkab Pacitan ini bertujuan untuk melestarina seni dan tradisi di Pacitan, menjaga alam, lingkungan, serta untuk pemberdayaan ekonomi masyarakat (UMKM).



"Menurut kami Pacitan perlu mencuri perhatian, dengan cara mengadakan event kebudayaan seperti rawat jagat ini dengan harapan banyak orang datang ke Pacitan yang secara tidak langsung akan meningkatkan pendapatan dan ekonomi masyarakat" Ujar Abdillah Yusuf dari Konsorsium Kangen Pacitan.

Sementara menurut Triyono (Seniman), rawat jagat itu event budaya yang digelar untuk melengkapi kegiatan kebudayaan yang telah ada di kab Pacitan,  sekaligus untuk mewadahi berbagai potensi masyarakat Pacitan yg belum sempat terpublis ke dunia luar.



"Rawat jagat juga menjadi sarana pembelajaran untuk generasi muda Pacitan agar mau peduli serta bisa menjaga,  merawat dan memperkenalkannya ke dunia luar" Ujar Triyono.

Lebih lanjut menurut Yusuf, kegiatan Rawat Jagat tahun 2024 ini temanya adalah "eling lan waspodo" sebagai upaya mengajak semua masyarakat di Pacitan dan masyarakat lainnya untuk menjaga keharmonisan kehidupan, menjaga alam dan lingkingan, sekaligus selalu waspada dengan segala kemungkinan ancaman bencana baik alam maupun sosial.



"Kami memilih tema eling lan waspodo dalam festival tahun 2024 ini, sebagai warisan dan ajaran penting leluhur agar kita selamat dari segala marabahaya." Dengan ruang budaya ini bagi anak-anak sekolah yang akan tampil merupakan aplikasi dari kurikukum merdeka. Sehingga ekspresi seni dan budaya mendapatkan ruang yang semestinya. Kata Yusuf.

Dalam kesempatan yang terpisah, Indrata Nur Bayuaji selaku Bupati Pacitan menyatakan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada segenap panitia dari Konsorsium Pacitan yang telah konsisten menggelar kegiatan Rawat Jagat dengan semangat gotong-royong, dan melibatkan berbagai lapisan masyarakat.



"Kami sangat memberikan apresiasi atas konsistensi Konsorsium Kangen Pacitan menyelenggarakan kegiatan Rawat Jagat sebagai sarana pelestarian seni, tradisi, dan budaya di Pacitan." Kata Indrata Nur Bayuaji.

Salah satu hal yang menarik dari rawat jagat tahun 2024 ini adalah adalah menghidupkan kembali seni tradisi yang jarang dipertunjukan, berupa tari keling dari dusun Batu Lapak, Kali Pelus yang hampir punah. Tari keling ini akan ditampilkan dalam rawat jagat.



Bupati Pacitan itu juga menyatakan bahwa rawat jagat merupakan bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat dan karunianya bagi bumi Pacitan. Iaberharap kegiatan Rawat Jagat bisa memberikan kontribusi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat melalui keterlibatan berbagai usaha kecil dan menengah dalam kegiatan rawat jagat.

"Silahkan datang ke Pacitan tanggal 21 September 2024 mendatang, dan selamat menikmati aneka seni pertunjukan dan tradisi kami." Kata Indrata Nur Bayuji kepada media.

Sabtu, 07 September 2024

68 Film Pendek Pelajar Indonesia Memaknai “Tepa Salira” di FFPJ XV – 2024

 


Festival Film Pelajar Jogja (FFPJ) kembali diselenggarakan untuk yang ke-15 di tahun 2024. Panitia mengangkat tema ‘Tepa Salira’. Kata Tepa Salira menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah dapat merasakan (menjaga) perasaan (beban pikiran) orang lain, sehingga tidak menyinggung perasaan atau dapat meringankan beban orang lain. Arti lainnya adalah tenggang rasa dan toleransi.

Tepa Salira penting untuk terus digaungkan, dipraktikkan dan dirawat dalam berbagai kesempatan. Sifat tepa salira, tenggang rasa, toleran dan semacamnya, akan menjadi bagian penting bagi hubungan harmonis antarmasyarakat Indonesia yang multikultur. Segala perbedaan akan dihadapi sebagai berkah, anugerah dan kekuatan untuk meneguhkan keindonesiaan, dan secara lebih luas kebaikan kemanusiaan serta alam raya.

“Panitia berharap teman-teman pelajar SMA/SMK/MA/setara yang berpartisipasi di FFPJ mencoba lebih mengenal-memahami Tepa Salira dan mewujudkannya dalam bentuk film pendek. Dalam proses penggarapan karyanya, para pelajar juga diharapkan menerapkan Tepa Salira,” kata Rahmi Yulianita, Direktur Eksekutif FFPJ XV – 2024.

Rahmi menambahkan, partisipan FFPJ kali ini, khususnya yang mengikuti Program Kompetisi Nasional, jumlahnya 68 film pendek. Jenis fiksi 47 karya. Dokumenter 16 karya. Film eksperimental 5 karya. Karya-karya dikirim dari berbagai sekolah-daerah. Di antaranya Aceh, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Maluku, Banten, Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.  Seluruh karya saat ini dalam proses seleksi-kurasi dan hasilnya akan diumumkan di website www.filmpelajar.com.

Kompetisi Nasional merupakan salah satu program di FFPJ XV – 2024. Program lain yang disiapkan adalah Pemutaran Film Keliling Sekolah/Komunitas, Apresiasi Seni, Seminar, Workshop, Temu Komunitas, Temu Pendidik dan Penganugerahan Karya Terbaik. Pelaksanaannya berkolaborasi dengan berbagai pihak.

“Pelaksanaan program taun ini diselenggarakan mulai 23 September. Kemudian acara puncak di tanggal 5-6 Oktober. Panitia bermitra dan mendapat dukungan beberapa pihak. Di antaranya Dinas Kebudayaan DIY, Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, dan UNU Yogyakarta,” terang Rahmi.

FFPJ bertujuan memberi kesempatan kepada pelajar Indonesia menunjukkan hasil pemikiran, riset, dan refleksi sesuai tema festival dalam bentuk karya seni film pendek. Festival juga akan memilih dan menentukan karya terbaik sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya, karya terbaik akan di beri penghargaan. 

“Program kompetisi nasional adalah salah satu daya tarik di FFPJ. Harapannya tahun ini juga gayeng, di mana 67 karya akan diseleksi untuk mendapatkan Saraswati Award, Dewantara Award, dan Kelir Award. Tim panitia berusaha bekerja sebaik-baiknya agar program terlaksana lancar,” kata Rahmi. 

Festival Film Pelajar Jogja merupakan ajang kebudayaan tahunan yang digerakkan oleh para volunteer dari berbagai latar belakang sejak 2010. Festival ini didedikasikan untuk para pembelajar seni film, khususnya komunitas film pelajar Indonesia. Silaturahmi dan belajar bersama senantiasa dijaga di festival sederhana ini, baik untuk partisipan maupun para volunteernya. 

Yogyakarta, 12 Agustus 2024 | Kontak: 0818-465-787