Lima Puluh Kota,
27/10). Lembah Harau, sebuah kawasan ngarai yang diapit oleh bukit-bukit cadas
yang berdiri tegak menjulang antara 150-200 meter, salah satu lembah terbaik
yang ada di Indonesia. Lembah ini dikelilingi oleh hutan tropis yang masih
terjaga. Sejumlah mata air mengalir sepanjang tahun di daerah ini. Ada enam air
terjun yang indah di kawasan ini.
Lembah ini
terletak sekitar 2 kilometer dari Kantor Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota di
Sarilamak, 47 kilometer dari Kota Bukittinggi dengan waktu tempuh 1,5 jam, atau
93 kilometer dari Pintu Tol Koto Kampar, Riau dengan waktu tempuh sekitar 2,5
jam.
Tahun ini, Lembah
Harau tengah semarak dengan perhelatan festival kebudayaan bertajuk Pasa Harau
Art & Culture Festival (PHACF) yang ke-6 pada tanggal 25-27 Oktober 2024.
Sejak jumat sore
(25/10) sejumlah traveler dan pengunjung Pasa Harau Art & Culture Festival
(PHACF) ke-6 tahun 2024 telah berdatangan memadati venue pertunjukan dengan
latar belakang tebing yang menjulang tinggi, indah.
Sejumlah ragam
seni pertunjukan baik seni tradisi, budaya, seni kontemporer dan musik menjadi
konten festival yang menarik. Pembukaan festival diawali dengan tradisi Arak
Iriang diikuti oleh Pucuak Adat, Niniek Mamak, Bunda Kanduang, Alim Ulama,
Cadiak Pandai, Dubalang, dan warga masyarakat. Dilanjutkan dengan tradisi Makan
Bajamba, yakni makan bersama dalam satu talam/dulang. Jamba adalah wadah atau
tempat nasi yang diletakkan di atas talam, nampan atau dulang yang kemudian
disantap bersama oleh beberapa orang, biasanya empat sampai enam orang dalam
satu jamba.
Nadya Lara Angela,
Direktur PSHAF menyatakan bahwa festival yang dilakukan oleh anak-anak Nagari
Harau ini adalah festival untuk melestarikan seni tradisi dan budaya yang ada
di Lembah Harau.
"Festival
sebagai upaya kita bersama dalam melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya
yang kita miliki di Nagari Harau." Ujar Nadya Lara Angela.
Dalam sambutannya,
Syukriandi, Wali Nagari Harau menyebutkan bahwa Festival yang dilakukan secara
swadaya sejak tahun 2016 telah memberikan dampak nyata bagi masyarakat di
Nagari Harau.
"Dulu desa
kami adalah desa tertinggal, semenjak ada Pasa Harau sebagai salah satu
kegiatan pembangunan budaya dan wisata, perlahan nagari Harau terus berkembang
dan sekarang masuk kategori nagari/desa mandiri." Jelas Syukriandi.
Dalam kesempatan
terpisah, Budhi Hermanto dari Yayasan Umar Kayam menyatakan bahwa pendekatan
kebudayaan dalam pembangunan desa bisa menjadi cara untuk mengembangkan
masyarakat desa menjadi lebih maju dan berkembang.
“Sayangnya memang
belum banyak desa dan bahkan pemerintah daerah di Indonesia yang
mengarustamakan kebudayaan sebagai bagian penting dalam pembangunan. Semoga
contoh baik di Nagari Harau, Sumatera Barat ini bisa menjadi jalan baik upaya
pemajuan kebudayaan kedepan di Indonesia. Apalagi kita sekarang sudah memiliki
Kementrian Kebudayaan yang kami harapkan menjadi terus memajukan kebudayaan di
Indonesia.” Ujar Budhi.
Festival
kebudayaan di Lembah Harau ini juga didukung oleh Direktorat Jenderal
Kebudayaan, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset & Teknologi (sekarang
Kementrian Kebudayaan) serta Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
(sekarang Kementrian Pariwisata).
Desy Wulandari
dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan yang hadir dalam
festival menyebutkan bahwa Pasa Harau Art & Culture Festival merupakan
perwujudan ekosistem kebudayaan yang hidup dan mengintegrasikan kebutuhan
kontemporer masyarakat.
"Festival ini
membuktikan bahwa kolaborasi antara budaya, alam, dan komunitas mampu
menciptakan ruang kaya pengalaman budaya sekaligus menjadi sumber inspirasi
untuk perubahan. Kami berharap Pasa Harau semakin memperkuat identitas Nagari
Harau dan menjadiinspirasi bagi daerah lain di Indonesia." Kata Desy
Wulandari yang mewakili Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud.
Sementara Direktur
Event Daerah, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Reza Fahlevi
memberikan pernyataan serupa, bahwa PHACF adalah event yang berangkat dari
bawah ini bisa menjadi salah satu contoh karena tidak banyak event yang
inisiatifnya dari bawah seperti Pasa Harau Art & Culture Festival.
"Saya pikir
desa-desa wisata yang ada di Indonesia ini bisa belajar kesini karena
menyelenggarakan event yang memberikan dampak bagi masyarakat secara ekonomi
maupun pelestarian nila-nilai budaya, sekaligus ruang eksresi bagi para pelaku
ekonomi kreatif, & seni budaya." Ujar Reza Fahlevi.
Pejabat sementara
Bupati Limapuluh Kota, Ahmad Zakri yang hadir secara khusus dalam pembukaan
festival menyatakan bahwa nilai tradisi dan budaya yang baik harus kita
wariskan. Festival ini menjadi bagian dari upaya untuk mengembangan budaya
sebagai warisan nilai yang kita miliki.
"Banyak tokoh
dari Minangkabau yang menjadi bagian penting dari bangsa ini seperti Mohammad
Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim dan lainnya adalah orang-orang yang memegang
teguh adat, tradisi dan kebudayaan Minangkabau." Kata Ahmad Zakri.
Lebih lanjut, ia
menyatakan bahwa contoh baik kebersamaan para tetua adat, pemerintah nagari dan
komunitas di Lemnbah harau ini harus diteruskan dan diperkuat, karena
kebersamaan adalah kunci dalam membangun nagari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar