Selasa, 29 Oktober 2024

Pasa Harau Art & Culture Festival, Festival Budaya yang Menarik di Lembah Harau



Lima Puluh Kota, 27/10). Lembah Harau, sebuah kawasan ngarai yang diapit oleh bukit-bukit cadas yang berdiri tegak menjulang antara 150-200 meter, salah satu lembah terbaik yang ada di Indonesia. Lembah ini dikelilingi oleh hutan tropis yang masih terjaga. Sejumlah mata air mengalir sepanjang tahun di daerah ini. Ada enam air terjun yang indah di kawasan ini.

 Lembah ini terletak sekitar 2 kilometer dari Kantor Pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota di Sarilamak, 47 kilometer dari Kota Bukittinggi dengan waktu tempuh 1,5 jam, atau 93 kilometer dari Pintu Tol Koto Kampar, Riau dengan waktu tempuh sekitar 2,5 jam.

 Tahun ini, Lembah Harau tengah semarak dengan perhelatan festival kebudayaan bertajuk Pasa Harau Art & Culture Festival (PHACF) yang ke-6 pada tanggal 25-27 Oktober 2024.



 Sejak jumat sore (25/10) sejumlah traveler dan pengunjung Pasa Harau Art & Culture Festival (PHACF) ke-6 tahun 2024 telah berdatangan memadati venue pertunjukan dengan latar belakang tebing yang menjulang tinggi, indah.

 Sejumlah ragam seni pertunjukan baik seni tradisi, budaya, seni kontemporer dan musik menjadi konten festival yang menarik. Pembukaan festival diawali dengan tradisi Arak Iriang diikuti oleh Pucuak Adat, Niniek Mamak, Bunda Kanduang, Alim Ulama, Cadiak Pandai, Dubalang, dan warga masyarakat. Dilanjutkan dengan tradisi Makan Bajamba, yakni makan bersama dalam satu talam/dulang. Jamba adalah wadah atau tempat nasi yang diletakkan di atas talam, nampan atau dulang yang kemudian disantap bersama oleh beberapa orang, biasanya empat sampai enam orang dalam satu jamba.

 Nadya Lara Angela, Direktur PSHAF menyatakan bahwa festival yang dilakukan oleh anak-anak Nagari Harau ini adalah festival untuk melestarikan seni tradisi dan budaya yang ada di Lembah Harau.



 "Festival sebagai upaya kita bersama dalam melestarikan dan mempromosikan kekayaan budaya yang kita miliki di Nagari Harau." Ujar Nadya Lara Angela.

 Dalam sambutannya, Syukriandi, Wali Nagari Harau menyebutkan bahwa Festival yang dilakukan secara swadaya sejak tahun 2016 telah memberikan dampak nyata bagi masyarakat di Nagari Harau.

 "Dulu desa kami adalah desa tertinggal, semenjak ada Pasa Harau sebagai salah satu kegiatan pembangunan budaya dan wisata, perlahan nagari Harau terus berkembang dan sekarang masuk kategori nagari/desa mandiri." Jelas Syukriandi.



 Dalam kesempatan terpisah, Budhi Hermanto dari Yayasan Umar Kayam menyatakan bahwa pendekatan kebudayaan dalam pembangunan desa bisa menjadi cara untuk mengembangkan masyarakat desa menjadi lebih maju dan berkembang.

 “Sayangnya memang belum banyak desa dan bahkan pemerintah daerah di Indonesia yang mengarustamakan kebudayaan sebagai bagian penting dalam pembangunan. Semoga contoh baik di Nagari Harau, Sumatera Barat ini bisa menjadi jalan baik upaya pemajuan kebudayaan kedepan di Indonesia. Apalagi kita sekarang sudah memiliki Kementrian Kebudayaan yang kami harapkan menjadi terus memajukan kebudayaan di Indonesia.” Ujar Budhi.

 Festival kebudayaan di Lembah Harau ini juga didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset & Teknologi (sekarang Kementrian Kebudayaan) serta Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (sekarang Kementrian Pariwisata).



 Desy Wulandari dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan yang hadir dalam festival menyebutkan bahwa Pasa Harau Art & Culture Festival merupakan perwujudan ekosistem kebudayaan yang hidup dan mengintegrasikan kebutuhan kontemporer masyarakat.

 "Festival ini membuktikan bahwa kolaborasi antara budaya, alam, dan komunitas mampu menciptakan ruang kaya pengalaman budaya sekaligus menjadi sumber inspirasi untuk perubahan. Kami berharap Pasa Harau semakin memperkuat identitas Nagari Harau dan menjadiinspirasi bagi daerah lain di Indonesia." Kata Desy Wulandari yang mewakili Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemdikbud.

 Sementara Direktur Event Daerah, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Reza Fahlevi memberikan pernyataan serupa, bahwa PHACF adalah event yang berangkat dari bawah ini bisa menjadi salah satu contoh karena tidak banyak event yang inisiatifnya dari bawah seperti Pasa Harau Art & Culture Festival.

 "Saya pikir desa-desa wisata yang ada di Indonesia ini bisa belajar kesini karena menyelenggarakan event yang memberikan dampak bagi masyarakat secara ekonomi maupun pelestarian nila-nilai budaya, sekaligus ruang eksresi bagi para pelaku ekonomi kreatif, & seni budaya." Ujar Reza Fahlevi.

 Pejabat sementara Bupati Limapuluh Kota, Ahmad Zakri yang hadir secara khusus dalam pembukaan festival menyatakan bahwa nilai tradisi dan budaya yang baik harus kita wariskan. Festival ini menjadi bagian dari upaya untuk mengembangan budaya sebagai warisan nilai yang kita miliki.

 "Banyak tokoh dari Minangkabau yang menjadi bagian penting dari bangsa ini seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir, Agus Salim dan lainnya adalah orang-orang yang memegang teguh adat, tradisi dan kebudayaan Minangkabau." Kata Ahmad Zakri.

 Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa contoh baik kebersamaan para tetua adat, pemerintah nagari dan komunitas di Lemnbah harau ini harus diteruskan dan diperkuat, karena kebersamaan adalah kunci dalam membangun nagari.

Sabtu, 26 Oktober 2024

Indonesia Kita Menolak Lupa dengan Tampilkan Pertunjukan Kisah Penunggu Jembatan Merah di Yogyakarta

 


Setelah sukses pentaskan “Si Manis Jembatan Merah” di Teater Besar Taman Ismail Marzuki Jakarta pada 27-28 September 2024, Indonesia Kita akan melanjutkan pentas produksi mereka yang ke-42 ini di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, pada 30 Oktober 2024.

Sama seperti halnya pementasan di Jakarta, pentas di kota pelajar ini tetap disutradarai oleh Agus Noor yang juga berperan sebagai penulis skenario. Sejumlah pemain yang tampil di Jakarta juga akan muncul di Yogyakarta, dengan beberapa pemain baru. Dalam pertunjukan di Taman Budaya Yogyakarta ini, tampil Butet Kartaredjasa, Cak Lontong, Akbar Kobar, Denny Chandra, Whani Darmawan, Marwoto, Susilo Nugroho, Inaya Wahid, Sha Ine Febriyanti, Mbah Rani, Joened, dan Wisben. Pertunjukan ini akan diiringi musik dari Orkes Sinten Remen dan dimeriahkan oleh para penari dari DvK Art Movement. 

Tema utama pertunjukan ini berangkat tentang kegelisahan akan nilai-nilai berbangsa dan bernegara yang terasa relevan dengan perkembangan situasi politik di hari-hari belakangan ini. Jalinan cerita pertunjukan ini mengisahkan keberadaan sebuah jembatan di suatu kota yang memiliki nilai sejarah penting bagi penduduk di situ. Ada berbagai kenangan yang melekat di jembatan tersebut. 



Dari kenangan veteran perang yang kerap menziarahi jembatan tersebut yang pernah dipertahankannya dari serangan musuh, kaum-kaum terpinggirkan yang menggunakan jembatan itu sebagai rumah mereka, hingga keberadaan hantu perempuan yang konon kerap menangis. 

Konflik warga terjadi ketika muncul kabar jembatan merah akan dirubuhkan untuk digantikan jembatan lintasan bagi kereta super cepat. Ketika banyak orang mulai jatuh sakit dan bahkan mati, muncul rumor bahwa penunggu jembatan merah meminta tumbal.

Butet Kartaredjasa, sebagai salah satu pendiri Indonesia Kita, menyatakan bahwa lakon kali ini mengajak penonton untuk berefleksi akan makna sejarah bagi perjalanan republik ini. 

Kisah tentang jembatan yang terancam dipunahkan ini seolah menjadi metafora akan ingatan-ingatan kolektif yang seolah-olah mulai dibuyarkan secara sengaja maupun tidak sengaja. “Kita ini semakin hari menjadi bangsa yang mudah lupa akan sejarah. Padahal republik ini senang sekali membuat monumen yang bertujuan untuk mengenang perjalanan bangsa meraih cita-cita kemerdekaan. Karena itu, Indonesia Kita berkomitmen untuk tetap berdaya kritis dengan mendayagunakan kebebasan berekspresi yang dijamin undang-undang, inilah upaya kami dalam menghayati ke-Indonesia-an. Dengan pementasan yang berlanjut dari Jakarta ke Yogyakarta pada 30 Oktober ini, akan banyak isu-isu menarik setelah 10 hari pelantikan presiden  baru. Apalagi yang menyangkut kebijakan-kebijakan publik. Para pemain Indonesia Kita akan merespon dengan kecerdasan masing-masing," ujar Butet Kartaredjasa.

Seturut dengan pernyataan Butet Kartaredjasa, Agus Noor mengamini bahwa ia mengharapkan lakon yang ditulisnya ini bisa menjadi tengara yang mengingatkan para penggemar seni budaya untuk mengingat perjalanan sejarah yang ditempuh republik ini. “Jembatan Merah di dalam lakon ini menandai perjuangan rakyat dalam mencapai kemerdekaannya. Namun, sering kali kita secara tidak sadar mulai melupakan atau terlupa akan makna di balik monumen-monumen yang bertebaran di sekeliling kita. Pada akhirnya, yang kita ingat hanya mitos dan takhayul-takhayul yang mengaburkan kisah sebenarnya. Dengan penampilan lanjutan di Yogyakarta ini, terutama dengan tambahan pemain baru seperti Mbah Rani, Whani Dharmawan, dan Denny Chandra, lakon ini akan makin gayeng dan seru dalam mengajak penonton untuk menolak lupa,” kata Agus Noor

Jumat, 25 Oktober 2024

MILIKAMUFEST : RUANG DIMANA KALIAN ADALAH BAGIAN CERITANYA

 

Hey Kamu, yang berada di tengah kesibukan, kesantaian, kejenuhan, kesenangan, flat, roller coaster, atau apapun yang mewarnai keseharian Kamu, Gong Fest kembali menghadirkan perayaan atas segala prestasi yang telah kamu gapai. Bukan hanya sekedar perayaan panggung musik, tapi ini juga merupakan ruang dimana kalian adalah bagian dari ceritanya. Bersiaplah, karena momen ini adalah MILIKAMU.



Gong Fest merupakan platform festival musik yang berpadu dengan industri kreatif muda begitu kata Anton selaku CEO dan Founder. Gong Fest telah melahirkan banyak event dari Jogja Migunani, Senandung alam Jogja dan Malang 2022, Senandung Ria Malang 2023. Dalam kesempatan kali ini Gong Fest akan menyajikan Milikamu Fest di Yogyakarta.

MILIKAMU Fest akan diselengggarakan di Lapangan Parkir Mandala Krida pada 30 Oktober 2024, menyajikan penampilan musisi favorit kamu, Tipe-X, NDX AKA, FSTVLST X Fanny Soegi, Rebellion Rose, The Jeblogs, dan The Kick.

Selain Musisi favorit kamu MILIKAMU Fest juga akan menghadirkan aktivitas menarik di area floor festival dan juga Instalasi yang bisa kamu respon bersama dengan Farid Stevy. Buat kamu yang pengen jajan juga bakal banyak tenant-tenant food and beverages di area festival. Milikamu Fest akan bekerja sama dengan industri kreatif muda JRNY Records yang aktif di sisi musik.



MILIKAMU merupakan tempat untuk mengekspresikan Keromantisan buat kamu. Bisa dengan Kencan Konser, mencari belahan jiwa dengan Playlist dan selera musik sama. Namun Keromantisan juga ga melulu tentang kehidupan percintaan yang berbunga. Kamu juga bisa meromantisasi kekompakan circle kamu di sini, menjadi tempat reuni dan berbincang, bahkan meromatisasi kesedihan, kesendirian dan juga menjadi ruang yang romantis untuk menonton sebuah Festival seorang diri.

Untuk kamu yang ada di Yogyakarta dan sekitarnya, tiket MILIKAMU fest bisa kamu dapatkan di Kantor Gong Production, JRNY Coffee & Records, Kopi Skena, serta beberapa outlet Cold N Brew yaitu, CnB Demangan, CnB Kaliurang, CnB Parangtritis, dan CnB Klaten.

Bagi kamu yang ingin beli tiket secara online juga bisa mampir ke webnya Artatix.co.id, atau juga bisa mampir ke Le Travail Coffee, Esco Park Demangan, dan Sepakat Coffee untuk scan barcode dan membeli secara online.

Penukaran tiket bisa dilakukan mulai tanggal 29 Oktober 2024 di Venue Acara (Lapangan Parkir Mandala Krida) dan akan dibuka pada pukul 14.00. Untuk penukaran tiket di hari H, akan dibarengi dengan Pembelian Tiket Offlline MILIKAMU Fest on the spot dan akan dibuka pada pukul 10.00 WIB.

Hey Kamu, Iya Kamu. Bersiaplah! Hingar bingar dan perayaan ini adalah MILIKAMU.

Festival Kebudayaan Terbesar di Lembah Harau, Sumatera Barat Siap Digelar Pada Tanggal 25-27 Oktober 2024 Mendatang

 JogjaUpdate.com ~ Pasa Harau Art & Culture Festival akan digelar untuk keenam kalinya pada tanggal 25-27 Oktober 2024  di Nagari Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. 

Festival berbasis warga yang digagas oleh Komunitas Pasa Harau ini pada tahun ini mengetengahkan tema tentang “Unite With Nature“ sebagai upaya kembali kepada alam dan pelestarian lingkungan.



"Tahun ini kami memberi tema kembali ke alam sebagai bagian dari kampanye untuk selalu menjaga alam dan lingkungan ditengah situasi krisis Iklim. Selain menyuguhkan beragam atraksi seni pertunjukan dan tradisi, kami juga akan mengajak peserta dan traveler ikut kegiatan jelajah lembah Harau sambil menanam pohon di hutan dalam Pasa Harau Art & Culture Festival mendatang." Ujar Rizky Trio Novendra selaku Direktur Produksi dan Artistik Festival didampingi oleh Syukriandi ,Wali Nagari Harau, 23 Oktober 2024 di Limapuluh Kota, Sumatera Barat. 

Menurut Syukriandi (Wali Nagari Harau) festival ini dinisiasi oleh Komunitas Pasa Harau dengan dukungan berbagai organisasi masyarakat, praktisi kebudayaan, para pelaku wisata budaya, dan pemerintah. Masyarakat Nagari Harau ikut terlibat dengan bergotong-royong menyiapkan festival berupa penyiapan lokasi, pembangunan lokasi jualan UMKM bagi masyarakat sekitar, dan kegiatan pendukung festival lainnya.

"Pemerintah Nagari dengan dukungan Badan Musyawarah Nagari juga mengalokasikan anggaran untuk mendukung festival yang diinisiasi oleh komunitas di Nagari Harau yang telah dilangsungkan sejak tahun 2017 lalu." Jelas Syukriandi lebih lanjut.

Sementara menurut Budhi Hermanto dari Yayasan Umar Kayam selaku pendamping Komunitas Pasaharau, ia mengatakan bahwa Pasa Harau Art & Culture Festival adalah festival warga yang mengedepankan partisipasi dan keterlibatan warga dalam perencanaan, hingga pelaksanaan festival.

“Festival ini sebenarnya alat, bukan tujuan. Warga masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan saling bahu membahu, bergotong royong untuk pemajuan kebudayaan dan sekaligus pengembangan wisata berbasis komunitas di Lembah Harau.” Ujar Budhi Hermanto.

Sementara Syukur Asih Suprodjo dari Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan RI menyatakan apresiasi yang tinggi terhadap semua pihak yang terlibat dalam kegiatan Festival Pasa Harau sebagai bagian dari upaya pemajuan kebudayaan di Sumatera Barat.

"Kami mendukung kegiatan Pasa Harau Art & Culture Festival tahun 2024 ini sebagai kegiatan kebudayaan yang telah diinisiasi oleh komunitas di Nagari Harau ini. Kami berharap, kegiatan ini terus berlanjut untuk memperkuat ekosistem kebudayaan, khususnya di Sumatera Barat." Kata Syukur Asih Suprodjo.

Dalam kesempatan yang terpisah, Drs. Reza Fahlevi, M.Si., dari Direktorat Event Daerah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI menyambut baik rencana pagelaran Pasa Harau & Art Culture Festival 2024 mendatang. 

"Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sangat mendukung Pasa Harau Art & Culture Festival sebagai event yang berbasis budaya, seni tradisi, dan keindahan alam sekitar Lembah Harau ini. Semoga kedepan festival ini semakin membantu promosi potensi wisata budaya dan alam yang ada di Sumatera Barat." Kata Reza Fahlevi.

Penyelenggara Pasa Harau Art & Culture Festival telah menyiapkan berbagai atraksi budaya, seni tradisi, dan berbagai seni pertunjukan kontemporer yang menarik selama 3 hari sejak tanggal 25-27 Oktober 2024 mendatang. Di Lembah Harau juga telah tersedia berbagai jenis hunian berupa homestay yang bisa menjadi tempat tinggal bagi traveler/wisatawan yang akan menginap di tengah lembah yang menjulang tinggi, indah dan sejuk. (231024/24)


Kamis, 24 Oktober 2024

Perempuan, Pemimpi, dan Perantau: Mitty Zasia Rangkum Ribut di Kepalanya Lewat Album Kedua, Nanti Malam Kupikir Lagi

 Lima tahun setelah merantau dari Sulawesi Utara ke Yogyakarta, Mitty Zasia menemukan apa yang selama ini terasa kurang di hidupnya: mimpi besar yang perlu dikejar. Masalahnya, tak ada yang kasih peringatan bahwa efek samping dari memiliki mimpi adalah pengejarnya sering babak belur dihantam proses. 




Tak terkecuali Mitty, kenyataan bahwa ia juga perempuan dan perantau memberikan dinamika tersendiri dalam upayanya mencapai cita-cita itu. Perjalanan panjang ini membuatnya rutin berpikir sampai khawatir berlebihan, kegelisahan tersebut lantas ia rangkum dalam 15 lagu di album keduanya, Nanti Malam Kupikir Lagi.


“Lagu-lagu di album ini semuanya keresahan yang ganggu pikiranku, rata-rata munculnya tengah malam terus sampai pagi dan berulang besoknya, makanya album ini kukasih judul Nanti Malam Kupikir Lagi,” ujar Mitty. Saat ditela’ah lebih dalam, perbincangan Mitty dengan diri sendiri di waktu-waktu rawan itu berputar soal situasinya sebagai perempuan, pemimpi, dan perantau.


Sebagai perempuan, Mitty mempertanyakan bagaimana dirinya tumbuh besar mengemban beban sosial yang tidak dimintanya lewat lagu seperti “Tolak Ukur” dan “Untuk Perempuanku di Cermin”. Untuk lagu yang disebut terakhir, Mitty berkolaborasi dengan solois perempuan asal Semarang, Fanny Soegi.


Selanjutnya, Mitty merangkum berbagai ribut di kepalanya selama merantau dan mengejar mimpi. Mulai dari betapa beratnya harus jauh dari orang-orang yang ia sayangi lewat “Pada Akhirnya Berkawan Berlalu” dan “Rela Tak Semudah Kata”, berkutat melawan suara-suara bising yang meragukan keputusannya yang tertuang lewat lagu seperti “Keluar Kamar” dan “Terbentur kan Terbentuk”, hingga mendapati kenyataan demi kenyataan pahit hidup yang ia temui selama proses itu lewat “Sandwich” dan  “Kepala Tiga”.


Dari 15 lagu itu, “Bukan Seleramu” dipilih Mitty sebagai focused track karena dianggap cukup mewakili album, “Aku suka lagu itu karena dia egois. ‘Bukan Seleramu’ kubikin sebagai usahaku berterus terang kepada orang yang minta aku untuk jadi apa yang dia mau. Padahal, aku udah susah payah kenal diriku sendiri,” ujar Mitty.  Bekerja sama dengan sutradara Bagus Tikus, video klip “Bukan Seleramu” sudah bisa ditonton di YouTube pada hari perilisan album.





Seluruh pengerjaan lagu di album Nanti Malam Kupikir Lagi dipercayakan Mitty sepenuhnya kepada 6 produser di Yogyakarta, mereka adalah Sasi Kirono, Fareeq Angkasa, Yabes Yuniawan, Awalawe, Adiyatma Dadi Raharjo, dan Usaha Terbaik Kita. Sementara, artwork album dikerjakan oleh seniman visual Jogja Isac Kumoro. Mitty juga bekerjasama dengan Mohammed Kamga, Endah Widiastuti, dan Lintang Larasati sebagai vocal director.





“Aku yakin banyak perempuan lain yang memperjuangkan mimpinya, semoga lagu-laguku ini bisa turut mewakili mereka juga untuk terus jalan. Semua orang punya uniknya masing-masing, apa yang ada di aku, itu yang kugali,” tutup Mitty.


Album Nanti Malam Kupikir Lagi sudah bisa didengarkan di seluruh gerai musik digital.